5 Proses Mencapai Zero Accident

5 Proses Mencapai Zero Accident
Zero accident adalah rajanya KPI karena semua departemen, divisi, unit kerja, komite, panitia dan team menetapkan target zero accident selama aktivitas pekerjaan sehingga zero accidents harus dicapai melalui 5 proses mencapai zero accident meliputi pembentukan safety officer, P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja), pembuatan agenda kerja K3 (task list), budget dan kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja.

Contohnya
  • Departemen produksi menargetkan zero accident adalah tanpa kecelakaan kerja per 100000 hour meter di mesin A.
  • Departemen maintenance membuat target zero accident adalah tanpa kecelakaan kerja interval 365 hari kalender (pekerjaan maintenance bisa masuk di hari libur sabtu minggu / hari libur nasional).
  • Departemen Transportasi target zero accident adalah nol kecelakaan lalu lintas setiap 1000000 Km untuk seluruh unit armadanya.
  • Komite Energi menargetkan zero accident adalah tanpa kecelakaan kerja akibat sengatan listrik per 100000 kwh meter.
  • Dan departemen - departemen lainnya dengan targetnya masing - masing.
Ketika KPI zero accident tidak tercapai menyebabkan urusannya panjang bahkan sampai timbul pertimbangan terhadap kredibilitas pimpinan departemen bersangkutan.

Saking pentingnya KPI mencapai zero accident untuk dapat terpenuhi maka perlu upaya serius guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja seperti menghentikan pekerjaan bila terdapat potensi bahaya walaupun sedang dikejar target.

Salah satu contohnya penerbitan kartu SWO (Stop Work Operation) berbentuk ID card. Kartu ini diberikan kepada beberapa orang pilihan seperti level supervisor. SWO dapat menghentikan operasional aktivitas kerja dengan tidak memandang tingkat urgensi pekerjaannya. Saat SWO dikeluarkan semua mematuhi karena pada SWO dilengkapi dokumen diketahui direksi.

Berikut 5 proses mencapai zero accident berdasarkan pengalaman nyata selama bekerja mengacu standar keselamatan kerja OHSAS 18001
  1. Membentuk safety officer
  2. Membentuk P2K3
  3. Agenda kerja (task list) K3
  4. Budget
  5. Kepatuhan terhadap standar keselamatan kerja
1. Membentuk Safety Officer

Safety officer bertugas mengelola K3 seperti perencanaan, organisasi, pelaksanaan serta evaluasi terhadap standar K3 berikut pencapaian hasil. Safety officer bertanggung jawab mencegah bahaya maupun kecelakaan kerja. Pada industri kecil, peran safety officer menyatu dengan general affairs tetapi bagi industri besar peran safety officer akan memiliki struktur organisasinya sendiri.

Kontribusi safety officer terhadap pencapaian target zero accident berupa perencanaan serta tindakan pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja. Seluruh proses pekerjaan pada setiap bagian dievaluasi adanya kemungkinan resiko kecelakaan kerja akibat pekerjaan tersebut. Dengan mengetahui resiko tersebut maka diupayakan tindakan maupun improvement pencegahan kecelakaannya.

Safety officer membuat HIRADC (Hazard Identification, Risk Assesment and Determining Control) berdasarkan standar OHSAS 18001:2007 clause 4.3.1. HIRADC (jika sudah menerapkan) selanjutnya menjadi acuan proses mencapai zero accident dalam identifikasi bahaya, penilaian resiko serta penentuan pengendalian bahaya resiko masing-masing departemen.

2. Membentuk P2K3

Proses mencapai zero accident kedua adalah membentuk P2K3 yaitu badan pembantu di tempat kerja sebagai wadah kerja sama antara pengusaha dan pekerja untuk penerapan K3. P2K3 dapat memberikan saran baik diminta maupun tanpa diminta kepada pengusaha tentang masalah K3.

Mengapa P2K3 perlu dibentuk?

Pembentukan P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja) hukumnya wajib bagi industri dengan tenaga kerja 100 (seratus) orang atau lebih atau kurang dari 100 tetapi industri tersebut menggunakan bahan, proses dan instalasi yang berpotensi besar terhadap terjadinya ledakan, kebakaran, keracunan serta radiasi (sumber: PER.04/MEN/1987).

Dalam struktur organisasi P2K3, posisi sekretaris harus dipegang seorang ahli K3 umum ataupun bisa dipegang oleh safety officer. Hal ini terkait tanggung jawab sekretaris P2K3 menuntut pengetahuan mendalam tentang K3 diantaranya memberikan bantuan / saran kepada seksi - seksi serta membuat laporan ke instansi pemerintah Disnakertrans mengenai kondisi serta tindakan bahaya di tempat kerja berikut langkah tepat cara antisipasinya.

Kontribusi P2K3 terhadap proses mencapai zero accident adalah pengorganisasian, pemeriksaan juga evaluasi terhadap potensi timbulnya kecelakaan kerja. P2K3 memiliki izin patroli K3 ke setiap area kerja serta memiliki kewenangan menghentikan proses kerja bila dinyatakan memiliki resiko tinggi tetapi belum dilakukan antisipasi pencegahannnya.

3. Agenda Kerja (Task List) K3

Agenda kerja K3 adalah daftar tugas terkait masalah K3, dibuat oleh setiap departemen dan komite dalam pemantauan safety officer serta P2K3. Agenda kerja K3 merupakan hasil evaluasi KPI zero accident.

Ilustrasi kerjanya seperti berikut:
Setiap departemen maupun komite akan membuat target pencapaian zero accident masing - masing sebagai salah satu pelaporan target di KPI atau TTMK3L. Setiap bulan dilakukan rapat evaluasi pencapaian target zero accident dan evaluasi tentang kondisi yang berpotensi membahayakan keselamatan pekerja dalam lingkup setiap departemen tersebut.

Hasilnya berupa beberapa poin pekerjaan K3 setiap departemen dan komite, kemudian dituangkan sebagai agenda kerja / task list K3 masing - masing dan akan dievaluasi juga setiap bulan apakah sudah closing atau belum.

Contoh agenda kerja:
  • Membuat safety cover mesin (produksi)
  • Memperbaiki penerangan area gudang sesuai standar lumen (PPIC)
  • Instalasi smoke detector (general affair)
  • Membuat TPS (Tempat Penampungan Sementara) limbah oli di workshop (maintenance)
  • dan seterusnya...
4. Budget

Ada aktivitas ada biaya. Agenda kerja K3 sudah pasti sedikit banyak memerlukan biaya seperti pembelian APD, pengadaan safety peralatan misalnya back buzzer alat berat, biaya training pekerja agar memperoleh sertifikasi ahli K3, biaya kelayakan peralatan dari Disnakertrans (SILO) dan biaya lainnya terkait pemenuhan target zero accident.

Budget agenda kerja K3 anggap saja sebuah investasi serta proteksi. Pengusaha memberikan dukungan penuh pemenuhan kebutuhan agenda kerja K3 ini. Terutama industri sektor oil and gas minning, pengusaha wajib memiliki pemahaman keselamatan pekerja harus menjadi prioritas utama dari pada proses bisnisnya sendiri. Kenapa demikian? Karena 1 kecelakaan kerja fatal bisa menyebabkan order dihentikan termasuk izin usaha dicabut.

5. Kepatuhan Terhadap Standar Keselamatan Kerja

Keempat proses mencapai zero accident tadi tidak ada artinya jika pekerja kurang mengindahkan standar keselamatan kerja. Contohnya tidak mematuhi kewajiban memakai APD, bekerja diketinggian lebih dari 2 meter tanpa menggunakan full body harness padahal APD tersebut sudah dipersiapkan.

Disinilah pentingnya sosialisasi K3 kepada para pekerja. Buka pemahaman bahwa keselamatan adalah yang utama (Safety First) kemudian berikan informasi tentang prosedur aman melakukan suatu pekerjaan tertentu.

Safety officer dan P2K3 berwenang melakukan patroli sekaligus memberikan sanksi bagi pekerja yang tidak mematuhi atuan standar keselamatan kerja termasuk pekerja luar (kontraktor) yang sedang melakukan pekerjaan di dalam lingkungan kerja perusahaan apa lagi pekerjaan tersebut berbahaya.

Contoh pekerjaan berbahaya adalah pengelasan terutama di area mudah terbakar atau lingkungan penuh dengan bahan kimia.

Beberapa poin penting perlu diperhatikan ketika suatu pekerjaan berbahaya akan dimulai dalam proses mencapai zero accident:
  1. Melakukan komunikasi efektif antara pihak - pihak terkait untuk menghindari potensi bahaya selama pelaksanaan pekerjaan terkait resiko adanya potensi bahaya kebocoran gas dan tumpahan hidrokarbon.
  2. Semua potensi bahaya harus diidentifikasi dan diamankan. Laporkan segera jika ditemukan potensi bahaya tersebut.
  3. Setiap bahan dan material sumber penyebab kebakaran harus dipindahkan, diamankan dan ditempatkan terpisah sumber bahaya kebakaran.
  4. Melibatkan orang berkompeten dalam melengkapi langkah - langkah dalam proses berlangsungnya pekerjaan.
  5. Meminimalkan jumlah pekerja pada area kerja, hanya pekerja yang diizinkan untuk tetap berada di area kerja tersebut.
  6. Melakukan visual inspection sebelum bekerja sebagai bagian persiapan sebelum melakukan pekerjaan.
  7. Menyiapkan pengawas personel masuk agar memastikan hanya orang - orang berkepentingan dan personel berhubungan dengan pekerjaan maintenance di area kerja.
  8. Memastikan peralatan sudah diinspeksi dan memiliki sertifikasi sehingga layak dan aman digunakan.
  9. Memastikan adanya personel safety officer selama pekerjaan berlangsung.
Perhatikan potensi sumber bahaya beberapa sumber penyebab berikut:
  • Motion : tersandung, terpeleset, terjepit
  • Mechanical : terkena peralatan / mesin berputar
  • Electrical : Tersengat listrik
  • Temperature : dehidrasi, kebakaran
  • Chemical : terhirup debu atau gas beracun, terpapar bahan kimia
  • Bioligical : terkena gigitan binatang
  • Radiasi : Radiasi sinar matahari, radiasi panas boiler
  • Sound : terpapar suara keras
  • Gravity : tertimpa benda jatuh
  • Pressure : kebocoran pada steam
Dalam proses mencapai zero accident ini perlu ditunjang dengan kelengkapan beberapa jenis APD sesuai kebutuhan:

Jenis APD pelindung bagian kepala
  1. Safety helmet berfungsi melindungi kepala berbahan plastik serta aluminium dalam beberapa warna sesuai peruntukannya.
  2. Safety goggles berfungsi melindungi mata berasal paparan partikel melayang di udara, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas.
  3. Ear plug berfungsi melindungi terhadap kebisingan ataupun tekanan.
  4. Masker kain berfungsi sebagai alat pelindung pernafasan saat berada di area dengan kualitas udaranya tidak baik dan melindungi dari paparan virus berbahaya
  5. Masker respirator berfungsi melindungi pernafasan saat berada di area mengandung paparan bahan beracun maupun bahan kimia berbahaya. Filter masker respirator wajib diganti setelah pemakaian dalam waktu tertentu.
  6. Face shield berfungsi melindungi wajah dari paparan bahan kimia, percikan benda kecil, benda panas ataupun uap panas, benturan atau pukulan benda keras dan tajam dan paparan virus berbahaya.
Jenis APD pelindung bagian tubuh
  1. Apron berfungsi melindungi tubuh dari percikan bahan kimia dan suhu panas. Apron sebagai APD pengelasan wajib digunakan welder saat pekerjaan pengelasan.
  2. Safety vest berfungsi dalam mencegah terjadinya kontak atau kecelakaan. Rompi ini dilengkapi dengan strip warna kuning yang dapat memantulkan cahaya terang.
  3. Wearpack berfungsi melindungi tubuh saat bekerja, mengurangi resiko terluka dan juga digunakan sebagai identitas pekerja.
Jenis APD pelindung anggota tubuh
  1. Safety gloves berfungsi melindungi jari-jari dan tangan terhadap api, suhu panas, suhu dingin, radiasi, bahan kimia, arus listrik, bahan kimia, benturan, pukulan, dan goresan benda tajam. Bentuk sarung tangan safety bervariasi tergantung sumber bahayanya. Sarung tangan sebagai APD pengelasan berbahan dasar kulit serta harus segera diganti jika telah rusak.
  2. Full body harness dipakai saat menggunakan alat transportasi serta untuk membatasi ruang gerak pekerja agar tidak terjatuh.
  3. Sepatu safety dan sepatu boot melindungi kaki berupa benturan, tertimpa benda berat, tertusuk benda tajam, terkena cairan panas atau dingin, uap panas, bahan kimia berbahaya ataupun permukaan licin.
Pekerjaan boleh dilanjutkan ke tahap pelaksanaan jika:
  • Izin kerja masih berlaku
  • Penerangan cukup di tempat kerja
  • Peralatan dan perkakas kerja dalam kondisi layak dan standar
  • Sudah dilakukan pengecekan gas berbahaya di area kerja dan kondisi aman.
  • Sudah dilakukan isolasi sumber bahaya.
  • Tidak ada hujan, petir, gelombang dan hal - hal membahayakan keselamatan.
  • Tidak ada peralatan listrik membahayakan.
Pekerjaan jangan dilanjutkan / dihentikan sementara jika:
  • Terindikasi adanya kebocoran gas sehingga dapat menimbulkan bahaya kebakaran.
  • Terjadi peristiwa emergency dan adanya intruksi operator untuk meninggalkan area kerja
  • Terjadi shutdown, ledakan dan kebakaran
  • Hujan, petir, gelombang dan hal - hal membahayakan keselamatan
  • Intruksi User untuk penghentian pekerjaan misalnya terjadi kesalahan gambar.
Emergency Response
  1. Melakukan komunikasi ke pekerja lainnya
  2. Bila ada liquid spill maka pekerjaan dihentikan sementara untuk dilakukan pembersihan terlebih dulu.
  3. Jika terjadi kebakaran, padamkan api dengan APAR, jika api sulit dipadamkan segera tinggalkan area.
  4. Menghentikan pekerjaan dengan aman dan jangan panik.
  5. Meninggalkan lokasi menuju titik kumpul terdekat dan jangan terburu - buru,
Kelima proses mencapai zero accident ini jika dipenuhi maka akan diperoleh hasil maksimal yaitu tanpa terjadi kecelakaan kerja sehingga KPI zero accident adalah 100% tanpa kecelakaan kerja. Tetapi jangan menjadi suatu alasan bagi suatu pekerjaan reguler yang tidak tercapai bahwa pekerjaan tersebut gagal karena masalah safety.
seputarpabrik.com
#1 Blog Bacaan Pekerja