Bagaimana Menerapkan Autonomous Maintenance di Pabrik

Bagaimana Menerapkan Autonomous Maintenance di Pabrik
Bagaimana cara agar bisa menerapkan autonomous maintenance di Pabrik dapat berhasil seperti harapan? Karena mungkin banyak beranggapan bahwa menerapkan autonomous maintenance adalah mudah sekali sebagai tambahan pekerjaan operator produksi, tidak akan mengalami kesulitan besar karena mengira bahwa autonomous maintenance hanyalah sebuah pekerjaan sederhana seperti membersihkan, melumasi serta mengencangkan mesin padahal kenyataannya menerapkan autonomous maintenance tidak seperti membalikan telapak tangan

Autonomous maintenance adalah aktivitas perawatan sederhana dan terpadu berupa pembersihan, pelumasan dan pengencangan oleh operartor mesin produksi sebagai bagian dari pekerjaannya sehingga operator mesin produksi lebih peduli terhadap mesinnya sendiri dan dapat mengetahui lebih lanjut pada sistem kerja mesin, memahami adanya masalah di mesin dan akhirnya mengetahui cara perbaikan mesin jika terjadi kerusakan kecil tidak selalu menunggu hasil perbaikan oleh Maintenance.

Tantangan terbesar penerapan autonomous maintenance adalah merubah paradigma tentang siapa penanggung jawab untuk merawat mesin. Paradigma lama menyebutkan bahwa operator produksi hanya bekerja untuk menghasilkan barang sedangkan perawatan mesin urusan departemen Maintenance.

Autonomous maintenance akan merubah paradigma tersebut. Tanggung jawab merawat mesin produksi adalah tangung jawab bersama antara Maintenance dan Produksi. Autonomous maintenance diharapkan mampu mengatasi masalah atau hambatan proses produksi sehingga KPI produksi akan lebih baik.

Siapakah yang bertugas sosialisasi autonomous maintenance ini, apakah Produksi ataukah Maintenance?

Ini merupakan salah satu tugas pokok administrasi staff Produksi, admin Maintenance dan Staff TPM.

Autonomous maintenance adalah sebuah sistem artinya manajemen puncak akan menunjuk dan membentuk team penerapan autonomous maintenance dari staff Maintenance, staff Produksi dan staff TPM jika sudah terbentuk TPM.

Setelah terbentuk team autonomous maintenance maka satu atau beberapa orang dari team tersebut wajib mengikuti training internal atau training eskternal dibiayai perusahaan.

Training internal autonomous maintenance adalah mengundang konsultan manajemen ke pabrik sedangkan training eksternal autonomous maintenance adalah mengikuti pelatihan diluar yang diselenggarakan oleh lembaga pelatihan resmi.

Team penerapan autonomous maintenance sesudah memahami penerapan autonomous maintenance secara teori berkewajiban membuat presentasi di depan manajemen bertujuan meyakinkan komitmen manajemen dalam menerapkan autonomous maintenance sehingga terbentuk kesepahaman dan kesepakatan bersama dari jajaran manajemen terhadap penerapan autonomous maintenance.

Selanjutnya sosialisasi autonomous maintenance ke semua karyawan tentang teknis pelaksanaannya dalam pekerjaan setiap hari. Goal sosialisasi autonomous maintenance kepada semua operator adalah kesadaran bahwa kegiatan autonomous maintenance bukan tambahan beban kerja operator produksi dan bukan pelemparan tugas Maintenance.

Aktivitas autonomous maintenance adalah Pembersihan, Pelumasan dan Pengencangan

1. Pembersihan

Aktivitas autonomous maintenance berupa pembersihan adalah membersihkan semua bagian mesin baik di luar atau di dalam mesin, baik mudah dijangkau atau sulit dijangkau, baik kelihatan dari luar atau tidak kelihatan dan termasuk membersihkan tempat kerja berikut peralatannya.

Debu dan kotoran dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan mesin berupa rusaknya seal penggerak hydraulic atau pneumatic, hubungan singkat instalasi listrik, kegagalan fungsi sensor dan terbakarnya modul instrumen mesin bahkan dapat menyebabkan cacat barang produksi.

Pembersihan secara rutin akan mencegah terjadinya kerusakan - kerusakan sehingga proses produksi tidak terhambat dan tidak ada biaya besar untuk perbaikan jika kerusakan terjadi.

Operator produksi dibekali peralatan pembersihan seperti kain lap, sapu, vacuum cleaner dan angin kompresor melalui selang terpasang di area mesin produksi. Waktu pembersihan dapat disesuaikan setiap shift misalnya 10 menit sebelum shift berakhir secara rutin setiap hari.

Bukti bahwa sudah dilakukan pembersihan adalah mengisi form pelaksanaan pembersihan harian yang akan di cek oleh pengawas bagian. Form pembersihan dibuat oleh team penerapan autonomous maintenance pada awalnya, selanjutnya akan di cetak oleh administrasi produksi.

Bagian perawatan memberikan panduan tentang cara pembersihan dan tempat mana saja yang harus dibersihkan. Supaya mudah diingat, pada setiap titik pembersihan diberikan tanda berupa pemasangan sticker.

2. Pelumasan

Aktivitas autonomous maintenance berupa pelumasan adalah melumasi bagian yang bergerak pada mesin, menambaha pelumas agar sesuai levelnya dan memeriksa kebocoran pelumasan.

Pelumasan bertujuan mencegah keausan peralatan mesin bergerak seperti rantai, sproket, gear, shaft piston, bearing, roler dan roda - roda penggerak.

Operator produksi melakukan pemeriksaan secara rutin dan sekaligus melakukan pelumasan oli setelah sebelumnya sudah diberitahukan cara pelumasan mesin secara tepat dari Maintenance.

Pemeriksaan adanya kebocoran oli akibat seal aus atau penutup oli rusak. Tidak semua tindakannya memberikan langsung pelumasan, ada beberapa tindakan hanya pemeriksaan saja.

Contohnya gear box, yang dilakukan adalah pemeriksaan terhadap adanya kebocoran oli dan level oli. Jika ditemukan masalah maka tindakannya melaporkan ke Maintenance.

Pada pelaksanaannya operator harus dibekali peralatan diantaranya oil can, kuas dan kain lap majun serta form pemeriksaan pelumasan. Titik - titik pelumasan sudah diberikan tanda tertentu sehingga memudahkan operator Produksi dalam pelaksanaannya.

Berbeda dengan poin 1 pembersihan, periode pelumasan tidak setiap hari tetapi dibuat setiap minggu di akhir minggu tersebut dan sekaligus bersama pelaksanaan poin 1 pembersihan. Diperlukan kerja sama Maintenance pada proses pelaksanaannya.

3. Pengencangan

Aktivitas autonomous maintenance berupa pengencangan adalah mengencangkan baut - baut pengencang seperti kekencangan sambungan kabel di terminal panel listrik, kekencangan baut penahan bearing mill, kekencangan sambungan pada instalasi sistem hydraulic dan pneumatic dan kekencangan baut - baut body mesin.

Pelaksanaan poin 3 ini wajib melibatkan operator Maintenance untuk memastikan tindakan operator Produksi sudah benar dan aman. Operator produksi dibekali peralatan seperti obeng, kunci pas, kunci ring, kunci ingris dan kunci L serta panduan pelaksanaan berupa form autonomous maintenance pengencangan yang sudah dibuatkan Maintenance

Waktu pelaksanaan autonomous maintenance berupa pengencangan sebaiknya dilakukan setiap bulan sekali sekaligus bersama pelaksanaan autonomous maintenance pembersihan dan pelumasan. Hal ini memerlukan waktu pelaksanaan hingga 1 jam sampai 2 jam agar semua poin pelaksanaan autonomous maintenance tersebut dapat diselesaikan sesuai harapan.

Praktekan ketiga aktivitas autonomous maintenance secara benar dan tertib maka kerusakan mesin akan menurun dan operator produksi akan merasa lebih nyaman, aman dan mudah melakukan pekerjaannya.

Perbedaan waktu antara setiap aktivitas autonomous maintenance

Ketiga aktivitas autonomous maintenance ini memiliki perbedaan waktu / intensitas pelaksanaannya agar memperoleh hasil lebih efektif.
  • Pembersihan: setiap shift atau setiap hari, durasi 10 menit
  • Pelumasan: setiap minggu, durasi 1 jam
  • Pengencangan: setiap bulan, durasi 2 jam
Faktor yang menjadikan perbedaan waktu pelaksanaan setiap aktivitas autonomous maintenanance adalah:
  1. Perbedaan tingkat kesulitan pelaksanaannya. Pembersihan lebih mudah dari pelumasan dan pelumasan lebih mudah dari pengencangan
  2. Pada pelaksanaan pembersihan sudah dipersiapkan pemeriksaan kondisi yang perlu dilumasi dan pelumasannnya dilaksanakan pada saat aktivitas pelumasan. Berlaku juga saat aktivitas pelumasan sudah di mempersiapkan agenda aktivitas pengencangan
  3. Pelaksanaan autonomous maintenance dilakukan saat kondisi mesin produksi tidak melakukan proses agar down time mesin tidak terlalu tinggi dengan memecah waktu pelaksanaan setiap aktivitas autonomous maintenance
Luangkan waktu untuk perawatan mesin memanfaatkan autonomous maintenance ini, karena dapat mencegah kehilangan waktu lebih lama jika mesin mengalami kerusakan. Kuncinya adalah konsistensi komitmen manajemen menerapkan autonomous maintenance serta disiplin operator produksi dalam pelaksanaannya dan dukungan penuh bagian Maintenance.

Sedikit membuka pengalaman penulis saat diajak pertemuan membahas serta merumuskan poin pemeriksaan autonomous maintenance agar menjadi sebuah form, tetapi pada hari itu pembahasan form autonomous maintenance sebenarnya belum selesai karena masih ada pertimbangan pelaksanaan jangka panjang.

Tanpa diduga, besoknya form tersebut diserahkan ke produksi dan langsung dijalankan operator karena beranggapan bahwa poin pada form autonomous maintenance sangat mudah dilakukan oleh pekerja baru sekalipun. Mereka tinggal memberikan sedikit penekanan ke pengawas supaya mengharuskan form tersebut bisa dilaksanakan oleh setiap operator mesin produksi.

Dalam beberapa hari pelaksanaan autonomous maintenance berjalan normal tetapi setelah itu mandeg serta kualitas hasil pelaksanaannya jauh dibawah standar seperti terlihat masih adanya kotoran menempel di mesin padahal sudah dilakukan autonomous maintenance.

Apa masalah sebenarnya sehingga program autonomous maintenance "sederhana" tersebut gagal diterapkan secara terus menerus?

Tidak segampang membalikan telapak tangan, tetapi tidak usah khawatir, ikuti saja 6 langkah penerapan autonomous maintenance ini agar berjalan lancar serta konsisten. 6 langkah bagaimana cara menerapkan autonomous maintenance di pabrik adalah:
  1. Komitmen manajemen puncak
  2. Team sukses penerapan autonomous maintenance
  3. Pilot project
  4. Disiplin dan semangat dalam penerapannya
  5. GKTPM
  6. Standarisasi dan perbaikan terus menerus
1. Komitmen manajemen puncak

Adanya ide penerapan autonomous maintenance datang dari manajemen, low manajemen sampai top manajemen dilatar belakangi asumsi mencari cara meningkatkan produktivitas sehingga menaikan profit perusahaan.

Manajemen puncak harus yakin terlebih dulu serta konsisten menerapkan program autonomous maintenance berikut mengetahui resiko biayanya seperti biaya pembelian peralatan kebersihan, peralatan kerja selain biaya lainnya saat autonomous maintenance berjalan.

Termasuk juga biaya pelatihan penerapan autonomous maintenance atau biaya konsultan penerapan autonomous maintenance. Dalam jangka panjang, semua pengeluaran biaya ini akan berbalik menjadi profit perusahaan misalnya bertambahnya kepercayaan pelanggan.

2. Team sukses penerapan autonomous maintenance

Manajemen selanjutnya membentuk sebuah team sukses penerapan autonomous maintenance terdiri dari produksi dan maintenance atau bisa ditambahkan dari divisi lainnya. Team ini harus memahami tentang autonomous maintenance terutama cara penerapannya dilapangan. Jika belum ada satupun dari team memahami autonomous maintenance secara teori maupun praktek maka manajemen berkewajiban menyekolahkan team ini terlebih dulu.

Selanjutnya team sukses penerapan autonomous maintenance membuat presentasi di depan manajemen tentang rencana penerapan autonomous maintenance sampai goal. Team ini tidak boleh membubarkan diri, harus tetap ada selama program autonomous maintenance dijalankan. Sudah tentu team ini dibebas tugaskan dari pekerjaan utamanya.

3. Pilot Project

Team membentuk satu group autonomous maintenance sebagai pilot project. SDM mesin pilot project diberikan bekal pemahaman autonomous maintenance sampai benar - benar memahami.

Pemahaman praktek cara melakukan pembersihan, pelumasan berikut pengencangan mesin pilot project. Team melakukan time study berapa lama waktu melakukan pembersihan, pelumasan dan pengencangan. Hasil pengamatan ini selanjutnya dibuat menjadi sebuah standar autonomous maintenance mesin pilot project.

Akan terjadi perbedaan interval antara pembersihan setiap hari, pelumasan setiap minggu dan pengencangan setiap bulan. Team juga memberikan pemahaman teknis tentang peralatan - peralatan mesin, baik fungsinya ataupun cara kerja masing - masin peralatan tersebut.

Setelah semuanya dipahami oleh operator, team merencanakan kick off autonomous maintenance pada mesin pilot project, sudah tentu semua peralatan baik peralatan pembersihan, peralatan pelumasan maupun peralatan pengencangan sudah tersedia.

Team melakukan pemantauan selama sebulan melihat apakah ada kekurangan atau hambatan pelaksanaan autonomous maintenance sambil mempersiapkan project autonomous maintenance di luar pilot project.

4. Disiplin dan semangat dalam penerapannya

Kunci keberhasilan autonomous maintenance terdapat pada pelaksana dilapangan yaitu operator mesin bersangkutan berikut beberapa orang yang membantu operator. Disipin serta semangat mereka dalam melaksanakan autonomous maintenance harus tetap terpelihara secara konsisten

Manajemen tidak ada salahnya membuat suatu perlombaan keberhasilan autonomous maintenance berhadiah disesuaikan anggaran
Team sukses penerapan autonomous maintenance selalu mendorong sertamenciptakan ide baru bagi perbaikan pada pelaksanaan autonomous maintenance.

Bagian administrasi produksi memberikan bantuan dalam bentuk penyediaan form autonomous maintenance serta arsip dokumentasi pelaksanaannya.

Pada titik tertentu mungkin ada sebagian kecil unit mengalami kejenuhan pelaksanaan autonomous maintenance. Manajemen segera tanggap berupa memberikan pengarahaan atau melakukan rotasi tenaga kerja jika terpaksa sekali guna menjaga semangat team tetap terpelihara baik untuk pelaksanaan kerja maupun pelaksanaan autonomous maintenance.

5. Group Kecil TPM (GKTPM)

Setelah pilot project berhasil dalam menerapkan autonomous maintenance, maka selanjutnya serempak dibuat group masing - masing unit mesin lainnya mengikuti contoh proses dan hasil penerapan autonomous maintenance pilot project dan group tersebut diberi nama GKTPM (Group Kecil Total Productive Maintenance).

Team akan memberikan sosialisasi dan pemahaman ke setiap GKTPM berikut mengevaluasi proses maupun hasil masing - masing GKTPM

6. Standarisasi dan perbaikan terus menerus

Perlu dibuat standarisasi pencapaian hasil sehingga tetap terlihat sampai sejauh mana kinerja saat ini. Standarisasi dapat berupa sejumlah pertanyaan pada suatu survey, daftar pemeriksaan hasil dan parameter yang didapatkan saat ini atau bisa dalam bentuk dokumentasi.

Standarisasi akan menjadi barometer perbaikan selanjutnya sehingga seiring berjalannya waktu, autonomous maintenance menjadi lebih sempurna. Perbaikan - perbaikan terus dilakukan pada kekurangan atau ketidak sesuaian proses penerapan autonomous maintenance.

Kesimpulannya bagaimana menerapkan autonomous maintenance di dalam pabrik sehingga berjalan lancar dan mendapatkan hasil maka harus mengikuti 6 langkah di atas. Dan hal ini sudah terbukti dapat berjalan di salah satu pabrik automotive tempat penulis bekerja dulu.
Loading posts
seputarpabrik.com
Semoga bermanfaat
Share WhatsApp

Related Posts