Tips Jitu Dalam Mempertahankan Mutu

Tips jitu mengatasi masalah besar proses produksi dalam mempertahankan mutu dengan cara menciptakan antusiasme membuat produk terbaik dan melibatkan semua karyawan di bagiannya, membangun mutu sejak awal proses produksi, memahamkan bahwa mutu tidak bisa dibeli uang tetapi mutu harus diperjuangkan, mengadakan pelatihan pemahaman dan penerapan mutu, membuat pengendalian mutu tingkat pengawas dan menerapkan standar mutu

1. Ciptakan antusiasme membuat produk terbaik dan melibatkan semua karyawan di bagiannya

Syarat produk laku di pasaran adalah produk tersebut terbaik diantara sesama jenis produk tersebut tetapi harga relatif sama atau harga sedikit di atas harga produk biasa saja. Persepsi pasar mengenai produk terbaik yaitu berdasarkan kualitasnya dan popularitasnya terhadap brand produk tersebut.

Ketika produk adalah produk biasa saja, suatu saat pabrik penghasil produk ini akan gulung tikar karena kalah bersaing di pasaran. Jika sampai terjadi mimpi buruk ini berdampak pada kehilangan pekerjaan semua orang di pabrik.

Nah menurut Anda siapakah yang terlibat pembuatan produk biasa saja atau membuat produk terbaik ini?

tips jitu mempertahankan mutu

Jawabannya adalah semua orang di pabrik ikut andil, baik karyawan maupun manajemen pabrik. Jadi semua orang bertanggung jawab membuat produk terbaik di bagiannya masing - masing dan dilarang membuat produk biasa saja atau menghasilkan produk cacat mutu.

Selanjutnya segera ciptakan stabilitas semangat membuat produk terbaik dan penuh tanggung jawab ketika menjaga mutu produk setiap tahapan proses pembuatan mulai bahan baku sampai menjadi barang jadi. Ingatkan bahwa pabrik adalah sawah ladang kita, harus dijaga dan dipelihara supaya bisa memberikan nafkah secara terus menerus guna menjalani kehidupan.

2. Bangun mutu sejak awal proses produksi

Pepatah mengatakan "pencegahan lebih baik dari pada pengobatan", artinya kurang lebih sebelum segala sesuatunya menjadi lebih buruk maka lebih baik dilakukan tindakan pencegahan di awal. Begitu juga proses produksi, sebelum terjadi cacat mutu misalnya akibat jenis material kurang memenuhi standar sehingga menimbulkan cacat mutu di akhir proses, maka lebih baik dilakukan tindakan pencegahan awal proses saat pemilihan dan pemakaian bahan baku.

Contoh simulasi
Mari kita hitung berapa nilai kerugian saat ditemukan cacat mutu di akhir proses produksi.

Diketahui :
Total FG (Finish Goods) 1000 pcs
Cacat mutu 20% akibat bintik material kurang sesuai
Time base produk 2 jam
Tenaga Kerja 10 orang
Berapa kehilangan jam kerja untuk kerja ulang? Berapa nilai kerugian total?

Jumlah cacat mutu = 200 pcs
Time base total = 200 pcs x 2 jam = 400 jam
Time base tenaga kerja = 400 jam / 10 orang = 40 jam / 8 = 5 hari kerja

Jadi waktu kerja ulang diperlukan 5 hari kerja berikut tenaga kerja 10 orang, diluar biaya utility dan kerugian aspek bisnis.

Bayangkan jika saja saat awal sudah dilakukan tindakan pencegahan terhadap munculnya cacat mutu ini maka biaya diatas tidak ada. Salah satu kemungkinan terjadinya lolos di awal proses berupa sikap ketergantungan pada pemeriksaan di pertengahan proses, menganggap bahwa nanti juga akan ditemukan cacat mutu ini saat di pertengahan proses sehingga si operator sengaja membiarkannya di awal tersebut dan lalai dalam pemeriksaannya. Sikap ini perlu dirubah, jangan tergantung inspeksi dipertengahan proses walaupun ada team QC sekalipun di pertengahan proses.

3. Mutu tidak bisa dibeli uang tetapi mutu harus diperjuangkan

Ok, lanjut cerita penemuan cacat mutu di atas. Jumlah cacat mutu sebanyak 200 pcs ini bukan berarti produk tersebut terbuang, hanya ada kendala pada material sehingga menimbukan cacat visual produk. Manajemen pabrik bisa saja memutuskan produk cacat mutu tersebut dijual ke karyawan pabrik atau dilepas ke pasaran secara harga miring.

Karyawan pabrik pasti sangat senang hati akan membelinya melihat potongan harga yang biasanya fantastik disamping pembayarannya dapat di cicil melalui potong gaji. Pasaran pun pasti banyak membeli, istilahnya barang kw2 atau "sedang cuci gudang" tetapi berlaku di pasar under ground, tetapi konsumen utama pastinya tidak mau membeli produk cacat mutu ini bahkan akan menuntut balik melalui alasan perlindungan konsumen.

Jadi benarkah keputusan manajemen pabrik ini untuk "menguangkan" produk cacat mutu tadi? Tentu ini keputusan sangat kurang tepat karena jangka panjang akan kehilangan citra produk ini dan konsumen akan beralih mencari produsen lain yang lebih bisa menjamin mutu produknya.

Pada situasi kasus berbeda, ketika produk dikirimkan ke konsumen utama dan ditemukan 200 pcs produk cacat mutu tadi, apa yang akan dilakukan konsumen utama selanjutnya?

Ya, mereka akan memberikan penalty berupa replacement barang dengan harga satuannya bisa 2 - 5 kali dari harga normal, pengembalian semua barang sampai pemutusan kontrak order.

Pada kondisi situasi seperti ini biasanya Sales mencoba negosiasi menggunakan senjata andalan berupa potongan harga bagi produk cacat mutu ini. Tetapi ingat bahwa mutu tidak bisa dibeli uang, sehingga negosiasi seperti itu jarang berhasil. Keputusan akhir paling sering terjadi adalah replacement tetapi harga tinggi di atas rata - rata harga jual produk.

4. Pelatihan pemahaman dan penerapan mutu

Masalahnya kembali ke pelaku, ketika pemahaman mutu belum tertanam baik di pemikiran operator, sangat mungkin sekali kejadian sama terulang terus menerus sehingga menimbulkan akumulasi kerugian sangat besar sampai terancam kehilangan konsumen.

Stop! segera ambil tindakan.

Membuka wawasan adalah melalui pelatihan. Buat rencana supaya memahamkan mutu kepada semua lini produksi. Informasikan bahwa mutu bisa dipertahankan dan alat mempertahankan mutu sudah ada. Pahamkan ilustrasi pembuatan produk terbaik adalah tanggung jawab bersama.

Pelatihan mutu diselenggarakan oleh HR bekerja sama dengan konsultan perbaikan kualitas dari luar pabrik atau melalui internal training dengan nara sumber dari manajemen pabrik.

5. Pengendalian mutu tingkat pengawas

Terlepas dari pemahaman mutu ke setiap karyawan pabrik melalui pelatihan mutu, tetap harus ada yang mengawasi standar mutu setiap alur proses, karena bukan tidak mungkin saat melakukan pekerjaan, karyawan terlalu terfokus pekerjaannya sehingga cenderung terabaikan mempertahankan mutu ketika proses berlangsung. Disini tugas supervisor harus mengawasi standar mutu tetap berjalan melalui cara pemeriksaan mutu menggunakan 7 alat pengendalian mutu QC.

6. Standar mutu

Standar mutu ditetapkan mengikuti aturan baku melingkupi desain, bentuk, tekstur, ketahanan, kenyamanan dan keamanan bagi pengguna akhir. Suatu produk dianggap memiliki mutu apabila sesuai standar mutu contohnya SNI (Standar Nasional Indonesia).

Konsumen akan menilai apakah barang sudah sesuai standar tersebut atau belum disamping penyesuaian standar mutu versi konsumen sendiri yang sifatnya dinamis dalam rangka penyempurnaan mutu lebih baik dengan biaya murah. Dalam penyusunan parameter standar mutu versi konsumen ini diperlukan kemampuan analisa teknik tentang potensi resiko jika salah proses atau salah seting mesin.

Ambil contohnya, produk hasil gilingan mesin shredder pabrik pengolahan limbah B3 hasilnya harus mengikuti ukuran sesuai sehingga parameter teknik setting pisau shredder harus akurat.

Catatan
Manajemen pabrik membuat iklim terciptanya suasana dingin di seputar pabrik agar setiap orang dapat bekerja efektif. Jangan biarkan karyawan dibebani perasan takut saat bekerja seperti takut salah proses, takut status kontrak berakhir dan takut ditegur atasan. Semakin besar perasaan takut maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya cacat mutu. Bersihkan rasa takut sehingga setiap orang bekerja efektif.

Termasuk juga ciptakan komunikasi internal antar departemen agar tidak kaku dengan batasan status kepegawaian apalagi zaman sekarang komunikasi dapat dilakukan jarak jauh memakai media sosial sehingga aliran informasi dapat ditangkap segera secara bersamaan.

Ada kalanya manager produksi saking diburu target sehingga mengambil cara dengan membuat slogan - slogan untuk mempercepat proses tetapi lupa dalam mempertahankan mutu. Sebaiknya jangan melakukan itu kecuali sudah dilengkapi dengan cara - cara mencapainya. Operator pun tidak disarankan untuk di cap dengan angka target karena mereka bukannya jadi efektif malah menjadi mundur dalam produktivitasnya.

Gantilah cap angka target ini dengan sesuatu lebih baik seperti memberikan motivasi kerja atau konsultasi 4 mata bersama atasannya. Hindari terbentuknya jarak bagi pekerja kontrak dengan pekerja tetap agar tim selalu kompak mempertahankan mutu produk dan pekerja kontrak bisa merasakan kebanggaannya atas kemampuan kerjanya.
seputarpabrik.com
#1 Blog Bacaan Pekerja