Pelatihan dan Sosialisasi Program TPM

Table of Contents
Pilar 6 TPM pelatihan dan sosialisasi program TPM bertujuan memberikan pemahaman mengenai TPM sejak awal penerapannya sampai pelaksanaan dan memberikan informasi bagaimana cara penerapan TPM bisa dilakukan konsisten.

Pelatihan dan sosialisasi program TPM adalah salah satu tugas pokok administrasi staff TPM yaitu tugas untuk menjelaskan latar belakang TPM, fungsi TPM, manfaat TPM, cara pelaksanaan TPM dan perhitungan OEE.

Apakah penulis sebenarnya memahami TPM sehingga menulis artikel tentang TPM dan bisa menjadikan artikel sebagai pelatihan dan sosialisasi TPM?

Awalnya saya kurang mengerti TPM sedikitpun, hanya terfokus pekerjaan saja bagian electric departemen maintenance sesuai jurusan saat kuliah dengan bea siswa. Ketika itu sedang bekerja di salah satu perusahaan Gajah Tunggal Group, memproduksi rubber goods sparepart automotive Toyota.


Sekitar tahun 2002 Toyota sedang gencar - gencarnya menerapkan sistem improvement TPS (Lean Manufacturing) bersama TPM supaya bersinergi menghasilkan sistem proccess improvement terbaik karena keduanya sama - sama menyoroti tentang "proses" agar semakin efektif dan efisien.

Industri automotive pemasok komponen ke Toyota biasanya mengadopsi program TPM karena automatis menjadi bagian Toyota Manufacturer's Club (TMC) yaitu sebuah perkumpulan perusahaan pemasok sparepart automotive ke Toyota. Salah satu agenda TMC berupa implementasi sistem improvement Toyota dapat diterapkan pada perusahaan dibawah bendera TMC.

Perusahaan saya sudah tergabung TMC maka diwajibkan menerapkan kedua program tersebut jika tidak maka kemungkinan order akan dikurangi bahkan bisa dihentikan.

TMC memberikan pelatihan intensif bagi perwakilan perusahaan, selanjutnya akan dilakukan kick off penerapan program secara serempak di semua perusahaan dibawah bendera TMC. TMC mengundang seluruh peserta perwakilan mengikuti pelatihan TPM selama beberapa hari.

Sistematika pelatihan terbagi kedalam beberapa termin sesuai pokok pembahasan mulai latar belakang munculnya program TPM sampai bagaimana teknik penerapannya.

Setiap termin sebagian besar adalah dialog antara trainer dengan para peserta pelatihan. Para peserta pelatihan selanjutnya dituntut menjadi trainer TPM bagi perusahaannya masing - masing. Bukti bahwa para peserta pelatihan ini layak mengimplementasikan program TPM yaitu diberikannya sertifikasi TPM oleh TMC.

Selain TMC, perusahaan tempat saya bekerja berinisiatif mendatangkan pakar TPM Jepang (terima kasih Mr. Kawamoto dan Mr. Sakaguchi dari Inoue Japan).

Perusahaan juga mendatangkan konsultan manajemen luar melakukan audit pelaksanaan TPM supaya terarah kepada goal penerapan TPM sesuai rencana.

Berbekal ilmu TMC, langkah selanjutnya sosialisasi program TPM ke jajaran manajemen perusahaan bertujuan membentuk komitmen manajemen terhadap pelaksanaan program TPM disamping akan membangkitkan pemahaman termasuk kesamaan visi sehingga semua kegiatan TPM nantinya sudah dapat ditoleransi demi kepentingan pelaksanaan TPM.

Selanjutnya pelatihan dan sosialisasi program TPM menyeluruh dengan tahapan sebagai berikut:
  1. Leader TPM kepada karyawan
  2. Leader TPM kepada staff TPM
  3. Staff TPM kepada karyawan
1. Leader TPM kepada karyawan
pelatihan dan sosialisasi progam tpm
Pelatihan dan sosialisasi pertama program TPM dilakukan oleh leader TPM pada setiap sub divisi terutama setiap sub divisi produksi. Materi pelatihan pertama bersifat dasar lebih menekankan pengenalan serta manfaat adanya program TPM.

Jadwal pelatihan disusun sesuai jumlah sub divisi tersebut, semakin banyak sub divisi maka akan semakin lama waktu pelatihannya.

Usahakan waktu pelatihan tidak menggangu proses produksi misalnya setelah akhir kerja atau akhir shift berdurasi 30 menit hingga 1 jam.

2. Leader TPM kepada staff TPM

Ditujukan kepada perwakilan departemen yang tergabung sebagai staff TPM sebagai cikal bakal TPM in Officce perwujudan pilar 8 TPM. Jumlah anggota staff TPM tergantung jumlah seluruh karyawan pabrik berdasarkan rasio ideal 1 orang staff TPM mewakili 100 karyawan pabrik atau jumlah disesuaikan kebutuhan.

Staff TPM dipimpin leader TPM yang merangkap sebagi trainer TPM. Staff TPM dibebas tugaskan pekerjaan rutinitasnya, selanjutnya pekerjaannya fokus terhadap pengembangan TPM seluruh pabrik.

Kriteria pemilihan staff TPM tanpa dibatasi oleh jenjang pendidikan maupun umur kerjanya, tetapi dipilih berdasarkan tingkat kecerdasan emosional (EQ) sesuai penilaian manager departemen seperti diantaranya kandidat staff TPM harus memiliki integritas, maturity, loyalitas dan energic. Biasaya perwakilan memiliki status dibawah level supervisor.

Pelatihan terpadu intensif dilakukan trainer kepada staff TPM setiap hari selama jangka waktu tidak terbatas karena sifat pelatihan ini adalah praktek penerapan TPM.

Peningkatan skill staff TPM melalui konsultan luar atau tenaga ahli yang didatangkan dari perusahaan lain dalam satu induk. Tujuan akhir pelatihan staff TPM adalah kesetaraan pengetahuan dan kemampuan dengan trainer TPM (leader TPM) supaya sama - sama membangun TPM.

3. Staff TPM kepada karyawan

Anggap saja dalam waktu 1 bulan para staff TPM memiliki kemampuan yang dapat diandalkan minimalnya sebagai generasi kedua trainer / leader TPM. Dari sini mulai direncanakan jadwal pelatihan kepada karyawan lebih dari sekedar pengenalan TPM saja tetapi sudah melangkah jauh lagi yaitu memperkenalkan teknik penerapan TPM.

Para staff TPM dibagi tugas dalam rencana pelatihan. Staff TPM bekerja sama dengan HR mengatur jadwal pelatihannya. Supaya mempermudah penyerapan pengetahuan maka karyawan akan dibagi menjadi beberapa kelompok kecil bernama GKTPM (Grup Kecil TPM) pembagiannya berdasarkan sub divisi area kerja masing - masing.

Target materi pelatihan staff TPM terhadap setiap GKTPM meliputi:
  • Mengulas ulang pemahaman dasar TPM serta struktur TPM
  • Bagaimana penerapan 5R di pabrik sebagai pondasi TPM
  • Bagaimana menerapkan autonomous maintenance
  • Bagaimana menerapkan quality maintenance
  • Bagaimana menentukan target TPM
Materi TPM tersebut disampaikan secara terpisah agar tepat sasaran dalam pemahaman TPM.

Staff TPM berkewajiban menjadi nara sumber untuk membimbing langkah penerapan TPM setiap GKTPM. Staff TPM selalu membuka diri dalam menerima segala pertanyaan anggota GKTPM juga berkewajiban meluruskan langkah penerapan TPM jika menyimpang prosedur TPM.

Di atas disinggung tentang pembentukan komitmen manajemen agar penerapan TPM bisa berjalan baik khususnya terkait budget penerapan TPM termasuk salah satunya budget pelatihan TPM.

Budget juga dilakokasiakan pengadaan sarana pendukung para staff TPM seperti pengadaan laptop bagi leader TPM, over head proyektor saat presentasi, pembelian snack bagi peserta pelatihan serta budget kunjugan ke perusahaan lain yang sudah berhasil menerapkan TPM. Termasuk juga mendatangkan konsultan jika diperlukan.

Bentuk lainnya pelatihan adalah berupa mengkampanyekan TPM melalui spanduk, poster dan slogan TPM yang dipasang di lingkungan pabrik. Alat ini ampuh sebagai pengingat dan penyemangat karyawan menjalankan TPM.

Selanjutnya materi TPM tentang konsep TPM seperti planned maintenance, focus improvement dan early equipment management disampaikan secara terpisah dalam bentuk sosialisasi.

Penyampaian materi TPM bisa juga memanfaatkan teknologi digital melaui media sosial seperti WA dan Telegram sehingga informasi akan tersampaikan segera dua arah baik dari staff TPM ke karyawan maupun sebaliknya.