4 Tahap Menurunkan Downtime Mesin

Downtime adalah kehilangan waktu untuk melakukan proses. Salah satu penyebab downtime ini adalah ketidak-tersediaan mesin menjalankan fungsinya melakukan proses (downtime mesin). Dengan kata lain downtime mesin adalah kehilangan waktu operasional mesin disebabkan kerusakan mesin dan perawatan mesin berupa preventive maintenance dan predictive maintenance

Berikut 4 tahap menurunkan downtime mesin sebagai solusi mengatasi masalah kehilangan waktu produktivitas dan masalah penurunan kapasitas produksi penyebab pencapaian target tidak berhasil akibat mesin mengalami breakdown (kerusakan mendadak) dan downtime akibat aktivitas preventive maintenance dan predictive maintenance yang sengaja direncanakan departemen maintenance sehingga availability mesin berkurang.
4 tahap menurunkan downtime mesin
Rumus Downtime Mesin:
Downtime Mesin = Breakdown + Preventive Maintenance + Predictive Maintenance
Availability Mesin = Waktu Kerja - Downtime Mesin
Preventive dan predictive maintenance bukan berarti dilarang dilakukan karena ikut menyumbang besarnya downtime ini. Preventive dan predictive maintenance harus dikelola melalui pendekatan baru agar jangan sampai terjebak rutinitas setiap waktu karena terkunci schedule maintenance mesin.

Jadi bagaimana seharusnya langkah preventive dan predictive maintenance ini?

Mari kita bedah satu per satu 4 tahap menurunkan downtime mesin karena penjelasannya ada di salah satu dari 4 tahap menurunkan downtime mesin.

1. Terapkan 5R Sebagai Budaya Kerja

Tahap pertama menurunkan downtime mesin adalah penerapan 5R sebagai budaya kerja setiap hari di lingkungan pabrik. Penerapan 5R paralel bersama kegiatan maintenance berjalan terkait penerapan 5R biasanya dilakukan jangka waktu panjang.

Penerapan hari 5R bisa digunakan untuk membantu setiap karyawan menjadi terbiasa dengan budaya kerja 5R. Hari 5R dilakukan saat terdapat kecenderungan program 5R mulai terabaikan atau mulai terjadi penurunan penerapannya di tempat kerja.

Misalnya ketika muncul ketidak pedulian, contoh kasus proses penerimaan solar di gudang ternyata banyak kotoran dan sampah sekitar tangki solar maka hal seperti ini bisa dijadikan patokan untuk mulai lebih giat lagi menjalankan 5R salah satunya penerapan hari 5R tadi.

Lingkungan kerja ringkas, rapi, bersih, terawat dan orangnya disiplin melakukan 5R merupakan landasan bagi tercapainya zero breakdown.

Mesin kondisi ringkas membuat kerja mesin lancar tanpa terganggu oleh benda lain yang seharusnya bukan berada di mesin tersebut. Bayangkan jika mesin terdapat material produksi, tentu lambat laun material produksi ini akan menyebabkan kerja mesin terganggu.

Mesin kondisi rapi misalnya cover kipas motor listrik terpasang benar sesuai tempatnya akan membuat umur mesin lebih panjang dan apabila akan mengalami kerusakan sudah diprediksikan sebelumnya.

Mesin kondisi resik akan mencegah terjadinya kerusakan mesin dari debu atau kotoran. Kita tahu penyebab hubungan pendek listrik mesin banyak disebabkan oleh debu menempel di komponen mesin tersebut.

Kondisi terawat dari 3R di atas maka umur mesin akan lebih panjang serta kerusakan jarang terjadi.

Perawatan mesin oleh orang disiplin dalam pelaksanaan 4R di atas serta memiliki kepedulian mesin maka kerusakan mesin akan lebih jarang terjadi.

2. Jalankan Autonomous Maintenance Pada Waktu Yang Tepat

Autonomous maintenance adalah perawatan mesin oleh pengguna mesin terfokus perawatan dasar seperti pembersihan, pelumasan dan pengencangan. Autonomous maintenance merupakan perubahan paradigma tentang perawatan oleh Maintenance saja menjadi perawatan dilakukan juga oleh pemakai mesin.

Autonomous maintenance adalah salah satu dari 8 pilar TPM dan menjadi bagian tugas pokok administrasi staff TPM. Autonomous maintenance seharusnya tidak mengurangi nilai perhitungan OEE jika penerapannya seperti dijabarkan di bawah ini.

Apakah autonomous maintenance masuk katagori downtime?

Melihat definisinya arti down time adalah kehilangan waktu produktivitas akibat permasalahan pada elemen yang mempengaruhi produktivitas tersebut maka aktivitas autonomous maintenance menyebabkan kehilangan waktu produktivitas. Kecuali arti down time ini bukan menyatakan kehilangan waktu produktivitas maka autonomous maintenance bukanlah downtime.

Tetapi perlu diupayakan agar autonomous maintenance hanya sedikit mempengaruhi downtime seperti cara ini:
  1. Aktivitas autonomous maintenance dilakukan secara rutin harian setiap awal, akhir atau pertengahan shift dengan waktu singkat sekitar 10 menit
  2. Aktivitas autonomous maintenance dilakukan ketika mesin sedang diseting, material kosong, mesin sedang rusak dan kondisi stagnan seperti sedang tunggu keputusan proses.
  3. Autonomous maintenance dilakukan ketika Maintenance sedang melakukan preventive atau predictive maintenance.
Jalankan autonomous maintenance secara efektif maka kerusakan mesin akan lebih jarang terjadi terutama kerusakan dari kotoran, kurangnya pelumasan karena pelumas bocor atau sudah keruh dan struktur mesin menjadi selalu kokoh karena setiap baut selalu dikencangkan.

3. Preventive Maintenance

Preventive maintenance adalah metode perawatan berdasarkan waktu tertentu untuk pemeriksaan kondisi komponen di mesin. Preventive maintenance merupakan salah satu downtime mesin sesuai arti down time di atas karena mengurangi produktivitas mesin.

Semakin banyak waktu terpakai oleh preventive maintenance semakin banyak kerugian terhadap produktivitas mesin yaitu berkurangnya time base produksi.

Jika Anda masih melakukan preventive maintenance terhadap suatu mesin secara berulang dalam interval waktu tertentu dengan melakukan pekerjaan sama berulang dan menghabiskan waktu operasional mesin. Jika Anda masih menggunakan kertas untuk panduan pemeriksaan setiap kondisi komponen pada mesin.

Maka segera rubah metode tersebut, tinggalkan metode kuno preventive maintenance di atas.

Preventive maintenance bukan kurang penting. Preventive maintenance harus berevolusi mengikuti kebutuhan dan keinginan perusahaan agar terpenuhi profit ditengah adu kecepatan dalam era revolusi industri 4.0 agar menjadi pemenang.

Preventive maintenance harus memiliki target free maintenance dengan cara auto maintenance. Misalnya suatu preventive maintenance di mesin A dilakukan pembersihan bagian dalam dari kotoran sisa produksi maka pada preventive maintenance berikutnya pekerjaan pembersihan tersebut sudah tidak ada, diganti improvement melalui auto cleaning menggunakan dust collector.

Sehingga akhirnya terjadi pengurangan waktu preventive maintenance atau tidak ada preventive maintenance karena sudah dilakukan secara automatis melalui improvement peralatan.

Termasuk lembaran kertas berisi daftar pemeriksaan komponen mesin sebaiknya rubah dengan time table improvement setiap komponen dan mungkin sudah tidak memerlukan kertas lagi tetapi melalui penggunaan data base dalam komputer yang dapat di share ke semua PIC terkait dan ini menjadi tugas admin maintenance.

Semakin banyak improvement untuk membuat auto maintenance maka semakin dekat mencapai target free maintenance sehingga preventive maintenance tidak perlu dipakai lagi dan downtime mesin menurun sedangkan produktivitas mesin meningkat.

4. Predictive Maintenance

Predictive maintenance adalah metode perawatan berdasarkan parameter kerja mesin diantaranya berdasarkan hour meter atau kilo meter untuk armada transportasi. Predictive maintenance akan mengamati berapa lama umur komponen vital dalam mesin.

Predictive maintenance sama halnya preventive maintenance turut menyumbangkan downtime mesin. Tetapi predictive maintenance aktivitasnya terfokus pada penggantian satu atau beberapa komponen karena sudah jatuh umur komponen tersebut (life time) misalnya penggantian bearing dengan life time 10000 hour meter.

Jika pada jatuhnya life time komponen ternyata masih bisa dipakai, apakah penggantian bisa lebih lama lagi?

Tujuan predictive maintenance adalah menjaga agar semua komponen bekerja normal dengan batasan waktu kerja yang sudah ditentukan dari pembuat komponen tersebut dan penentuan tersebut sudah melalui beberapa uji coba mereka seperti ketahanan bahan terhadap tekanan, temperature dan kecepatan dan faktor lainnya.

Penggunaan komponen jika sudah melebihi life timenya akan berdampak kerusakan lebih parah. Misal bearing sudah melewati life time akan cepat aus dan mengakibatkat kerusakan lain pada rumah bearing dan shaft sehingga biaya akan lebih mahal saat perbaikan.

Untuk menurunkan downtime mesin predictive maintenance adalah dengan menjaga ketersediaan sparepart yang dibutuhkan. Jangan sampai terjadi mesin berhenti lama untuk penggantian sparepart yang masih menunggu pembelian. Sparepart yang diganti harus sparepart original atau rekomendasi dari pembuat mesin.

Predictive maintenance dilakukan diluar hari kerja produksi seperti di hari Sabtu atau hari Minggu dan ini tidak akan menjadi angka perhitungan downtime mesin tersebut sebagai solusi masalah produksi.
seputarpabrik.com
#1 Blog Bacaan Pekerja