Menghitung Biaya Proses Mesin Produksi Agar Produk Yang Dibuat Menjadi Profit

Menghitung Biaya Proses Mesin Produksi Agar Produk Yang Dibuat Menjadi Profit
Contoh cara menghitung jumlah semua biaya proses mesin produksi meliputi biaya depresiasi mesin, cost man power, utility cost dan maintenance cost yang mempengaruhi nilai output value untuk mendapatkan dan menetapkan standar biaya paling rendah yang dibebankan pada proses di mesin produksi tersebut sebagai patokan awal penambahan nilai produk agar produk yang dibuat akan menjadi profit.

1. Mengetahui biaya depresiasi mesin

Depresiasi mesin adalah biaya pelunasan pembelian mesin melalui angsuran setiap bulan sampai batas waktu tenor sesuai perjanjian saat jual beli.

Depresiasi mesin umumnya dipengaruhi oleh
  • Harga jual mesin baru berikut jika sudah terdapat discount
  • PPN sebesar 10% dari harga jual
  • Down Payment besarnya sesuai kesepakatan
  • Material On Site yaitu biaya ketika barang sampai ditempat tetapi belum dipasang
  • Retensi yaitu biaya ketika mesin benar - benar sudah bisa dioperasikan dan menghasilkan produk dibayar setelah commisioning test
  • Tenor pembayaran.
Rumus Depresiasi mesin = (Harga + PPN) - (DP + MOS + Retensi) / tenor

Contoh:
Harga mesin CNC $80.000 atau sekitar Rp.1.120.000.000 import dari Eropa
Down Payment Rp. 100.000.000
Material On Site (MOS) ditetapkan Rp. 50.000.000 sesuai perjanjian
Retensi 5% = Rp.56.000.000
PPN 10% = Rp. 112.000.000,-
Tenor 60 bulan

Berapa biaya depresiasi mesin CNC tersebut setiap bulan?

Depresiasi mesin = (Harga + PPN)-(DP+MOS+retensi)/Tenor
Depreseasi mesin = (Rp. 1.120.000.000 + Rp.112.000.000) - (Rp.100.000.000 + Rp.50.000.000 + Rp.56.000.000)/60
Depresiasi mesin = (Rp.1.232.000.000 - Rp.206.000.000)/60
Depresiasi mesin = Rp.17.100.000 /bulan

Contoh perhitungan di atas mengesampingkan suku bunga.

2. Mengetahui Cost Man Power

Dapat dihitung dengan cara perhitungan dasar UMK dikali jumlah operator mesin. Jika terdapat tunjangan tetap dan tidak tetap mengikuti UMK maka cost man power dihitung berdasarkan total upah operator mesin.

Contoh
Mesin CNC dioperasikan oleh 2 orang sehingga besarnya cost man power sebesar 2 x UMK kedua operator tersebut.

Diketahui upah per orang sebesar Rp. 5.000.000,- sehingga cost man power menjadi Rp. 10.000.000,- /bulan.

Semakin banyak SDM melakukan operasional satu unit mesin semakin besar juga cost man power. Improvement dapat dilakukan untuk efisiensi cost man power dengan cara review terhadap motion operator atau dengan modifikasi pola kerja memanfaatkan teknologi.

Contoh: salah satu operator mesin tugasnya hanya mendorong bahan masuk maka apakah mungkin jika digantikan dengan modifikasi penggerak hydraulic / pneumatic yang digerakan ketika sensor menangkap status kosong bahan. Jika berhasil akan menghemat cost man power sesuai jumlah operator posisi tersebut.

3. Mengetahui Utility Cost

Untuk biaya utility berasal dari biaya pemakaian listrik dan angin compressor.

Contoh
Mesin CNC menggunakan sumber daya listrik sesuai spesifikasi 5,5 KW 380V besarnya biaya listrik:
Pemakaian mesin 8 jam x 21 hari = 168 jam (dalam 1 bulan)
Pemakaian energi listrik 5,5 KW x 168 jam = 924 KWH
TDL golongan I3 Rp. 1.035 /kwh pada kondisi faktor daya di atas 0,85 sehingga dapat diperkirakan biaya pemakaian listrik sebesar Rp. 956.340 /bulan.

Untuk utility cost dari angin compressor karena mesin tersebut tidak menggunakannya maka biayanya Rp. 0.

4. Mengetahui Maintenance Cost

Berupa penggantian sparepart, mendatangkan teknisi luar pabrik dan biaya perbaikan lainnya. Anggap saja karena mesin ini masih baru dan dalam cakupan garansi penjual menjadikan biaya maintenance Rp. 0.-

Maintenance cost mulai timbul saat masa garansi telah habis atau penggantian spare part di luar kategori spare part bergaransi.

Perhitungan total biaya proses mesin

Dari contoh perhitunga mesin CNC di atas maka total biaya proses mesin adalah depresiasi mesin + cost man power + biaya utility + biaya maintenance = Rp. 25.739.000,- /bulan.

Perhitungan lebih spesifik dengan memecah pembaginya menjadi hari dan jam. Dan diperoleh biaya proses produksi sebesar Rp. 1.226.000 /hari dan Rp. 153.000 /jam.

Supaya proses mesin CNC menjadi profit maka proses produk harus bernilai lebih dari Rp. 153.000 /jam.

Contoh perhitungan:
Suatu komponen produk harus melewati proses drilling mesin CNC. Diketahui dari hasil pengujian bahwa cycle time drilling setiap komponen sebesar 30 detik / komponen. Dalam 1 jam maka akan dihasilkan 120 komponen

Berdasarkan cost proses mesin CNC yang telah dihitung sebelumnya yaitu Rp. 153.000 /jam maka untuk 120 komponen tersebut harus memiliki nilai tambah minimal Rp. 153.000 /120 komponen atau sebesar Rp. 1.275,- / komponen.

Nilai Rp. 1.275 ini adalah nilai minimal yang ditambahkan pada nilai produk agar terbentuk profit pada produk yang dibuat tersebut.

Keempat biaya proses produksi di atas akan muncul jika mesin dioperasikan sebagai bagian dari proses produksi. Bagaimana jika mesin tersebut tidak dioperasikan apakah masih timbul biaya proses produksinya?

Jawabannya adalah Ya tetapi tidak sebesar biaya saat mesin sedang dioperasikan.

Perhatikan untuk depresiasi mesin, biaya ini akan selalu muncul baik saat mesin dipakai maupun tidak dipakai. Depresiasi mesin hanya akan hilang jika sudah melewati tenor pembayaran.

Jika terdapat beberapa mesin produksi yang masih memiliki depresiasi namun status nganggur sama artinya dengan membuang profit sehingga penentuan rencana produksi diperhitungkan sehingga proses produksi akan melibatkan semua mesin produksi tersedia.

Pengaruh Six Big Losses Terhadap Biaya Proses Mesin Produksi

Six big losses (6 kerugian besar) meliputi breakdown, seting mesin, kecepatan rendah, error sesaat, defect produk dan reduce yield sehingga pengaruh six big losses ini menyebabkan kerugian besar terhadap produktivitas dan gross profit salah satunya berdampak terhadap peningkatan biaya proses mesin produksi.

Pada hasil simulasi perhitungan mesin CNC di atas (mesin percontohan perhitungan), maka sebagai patokan ditetapkan biaya proses mesin CNC Rp. 153.000,- /jam atau Rp. 25.739.000,- /bulan (21 hari non shift) dan kita tetapkan nilai biaya tersebut sebagai patokan awal perhitungan disini.

Mesin CNC harus beroperasi mengejar profit minimal pada angka di atas. Selanjutnya mari kita lihat seberapa besar kerugian rupiah oleh pengaruh six big losses ini terhadap biaya proses mesin produksi yang kita tetapkan periode 1 bulan.

1. Kerugian Breakdown

Contoh terjadi kerusakan vacuum penghisap sehingga produk tidak bisa tertahan stabil ketika proses. Perbaikan sampai normal lagi memakan waktu 2 jam. Dilain waktu terjadi kerusakan sumbu tidak bisa bergerak dan perbaikan memakan waktu 8 jam. Availability mesin menjadi berkurang karena kehilangan waktu mesin beroperasi sampai mesin normal lagi

Maka total breakdown time 10 jam. Besarnya kerugian: 10 jam x Rp. 153.000,- = Rp. 1.530.000,- dalam sebulan.

Pembebanan kerugian rupiah (cost center) akibat breakdown umumnya dikenakan pada departemen maintenance. Mengantisipasinya departemen maintenance menargetkan zerro breakdown pada KPI maintenance supaya tidak ada kerusakan pada setiap mesin.

Akibat kerugian sebesar Rp. 1.530.000,- maka kehilangan peluang 10 jam untuk rata - rata biaya proses mesin produksi sehingga terjadi kenaikan target yang harus dicapai setiap jamnya. Simulasinya bahwa dalam 1 bulan terdiri dari 21 hari x 8 jam = 168 jam. Maka dengan adanya kehilangan 10 jam availability mesin: 158 jam.

Kenaikan pembebanan menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 158 jam = Rp. 162.905,- /jam dari patokan awal Rp. 153.000,- /jam.

2. Kerugian Seting Mesin

Contoh pengaturan parameter pada panel HMI (Human Interface Module) sampai menghasilkan proses kerja mesin yang menghasilkan produk sesuai standar mutu. Selama pengaturan parameter mesin ini menyebabkan kerugian dari hilangnya time base.

Misalnya dalam sekali pengaturan parameter memakan waktu 15 menit dan dalam 1 bulan terjadi 16 kali pengaturan terkait varisi jenis produk yang di proses, maka dapat dihitung kehilangan waktu operasi mesin sebesar 15 menit x 16 = 4 jam.

Sekarang biaya proses mesin CNC produksi per jam sudah mencapai Rp. 162.905,- akibat pengaruh six big losses pertama sehingga perhitungan kerugian biaya proses mesin CNC setelah pengaruh six big losses seting mesin sebesar Rp. 162.905,- x 4 jam = Rp. 651.620,- sebulan.

Kenaikan pembebanan menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 154 jam menjadi Rp. 167.000,- /jam dari patokan awal Rp. 153.000,- /jam.

3. Kerugian Kecepatan Rendah (Speed Losses)

Kerugian akibat kecepatan rendah menyebabkan kenaikan cycle time produk dan penurunan kapasitas produksinya. Contoh terjadi kenaikan cycle time produk dari standar kapasitas produksi mesin sebesar 20% akibat kelalaian operator dalam memperhatikan setingan parameter standar dan baru diketahui setelah 20 jam.

Kerugian karena kehilangan potensi waktu proses dapat dihitung 20% x 20 jam = 4 jam. Kerugian biaya proses mesin menjadi Rp. 167.000,- x 4 jam = Rp. 668.000,- sebulan.

Kenaikan pembebanan menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 150 jam menjadi Rp. 172.000,- /jam dari patokan awal Rp. 153.000,- /jam.

4. Kerugian Error Sesaat (Minor Stopped Losses)

Contoh mesin berhenti operasi karena dihentikan oleh inverter dan PLC akibat adanya gangguan seperti over current, under voltage dan sebagainya yang harus direset agar mesin kembali beroperasi. Diketahui dalam 1 bulan terjadi error sesaat sebanyak 12 kali dan waktu rata - rata untuk melakukan reset 5 menit maka potensi kehilangan waktu operasi mesin sebesar 5 menit x 12 = 1 jam.

Kerugian kehilangan waktu operasi akibat error sesaat menjadi Rp. 172.000,- x 1 jam = Rp. 172.000,- dalam sebulan. Kenaikan pembebanan biaya proses mesin menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 149 jam menjadi Rp. 173.000,- /jam.

5. Kerugian Defect Produk

Produk yang dihasilkan tidak sesuai standar mutu baku sehingga harus dilakukan rework untuk mengganti produk cacat atau memperbaiki kerusakan produk. Timbul pemborosan biaya dan waktu untuk menghasilkan 1 jenis barang.

Kerugian kehilangan waktu operasi mesin berbanding lurus dengan banyaknya defect yang harus diperbaiki. Contoh terjadi defect 5% dari suatu produk yang memiliki cycle time 60 jam maka potensi kehilangan waktu operasi mesin adalah 5% x 60 jam = 3 jam.

Potensi kerugian akibat rework menjadi Rp. 173.000,- x 3 jam = Rp. 519.000,- dan ini hanya melihat kerugian dari sisi biaya proses mesin mengesampingkan biaya material, waste dan sebagainya.

Kenaikan pembebanan biaya proses mesin menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 146 jam menjadi Rp. 176.000,- /jam.

6. Kerugian Reduce Yield

Contoh: produk yang sudah menjadi finish goods dinyatakan fail oleh eksternal quality inspector sehingga harus dilakukan reprocessing. Sering terjadi ketika ditemukan 1 fail maka reprocessing berupa pemerikasaan ulang harus dilakukan 100% atau pemeriksaan untuk seluruh finish goods.

Jika fail yang ditemukan terdapat komponen defect maka perlu dilakukan rework untuk membuat komponen pengganti. Sama dengan poin 5 kerugian kehilangan waktu operasi mesin berbanding lurus dengan banyaknya temuan defect. Jika temuan sampai 5% seperti poin 5 maka kehilangan waktu operasi mesin sebesar 3 jam.

Kenaikan pembebanan biaya proses mesin menjadi Rp. 25.739.000,- dibagi 143 jam menjadi Rp. 180.000,- per jam dari patokan awal Rp. 153.000,- /jam.

Sekarang terdapat selisih Rp. 27.000,- /jam untuk biaya yang terjadi di proses mesin CNC tersebut. Apakah kenaikan biaya ini akan dibebankan pada kenaikan harga jual produk?

Pertimbangkan bahwa harga jual produk yang dinaikan akan melemahkan daya saing di pasaran. Anda perlu mengutak - atik faktor lainnya yang mempengaruhi harga jual produk sehinga tetap menjadi profit.
seputarpabrik.com
#1 Blog Bacaan Pekerja
Please wait

pages 2/10